Mencabut akar terorisme
Ditulis oleh DR Muhammad Arifin Badrin Lc,MA.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Dunia internasinal secara umum dan negri-negri Islam secara khusus, telah digegerkan oleh ulah segelintir orang yang menamakan dirinya sebagai pejuang kebenaran. Dahulu, banyak dari umat Islam yang merasa simpatik dengan ulah mereka, karena sasaran mereka adalah orang-orang kafir, sebagaimana yang terjadi dengan gedung WTC pada 11 September 2001. Akan tetapi suatu hal yang sangat mengejutkan ternyata sasaran pengeboman dan serangan tidak berhenti sampai di situ. Sasaran terus berkembang, sampai akhirnya umat Islampun tidak luput darinya. Kasus yang paling anyar ialah yang menimpa Pangeran Muhammad bin Nayif Alus Sau'ud, Wakil Mentri Dalam Negri Kerajaan Saudi Arabia.
Dahulu, banyak kalangan yang menuduh bahwa pemerintah Saudi berada di belakang gerakan tidak manusiawi ini. Mereka menuduh bahwa paham yang diajarkan di Saudi Arabia telah memotofasi para pemuda Islam untuk bersikap bengis seperti ini.
Akan tetapi yang mengherankan tudingan ini masih juga di arahkan ke Saudi, walaupun Saudi telah terbukti bahwa pemerintah Saudi termasuk yang paling sering menjadi korbannya?
Melalui tulisan ini, saya mengajar saudara sekalian untuk menelusuri akar permasalahan sikap ekstrim dan bengis yang dilakukan oleh sebagian umat islam ini. Benarkah idiologi ini bermuarakan dari Saudi Arabia?
Harian "Asharq Al-Ausat" edisi 8407 tanggal 4/12/2001 M – 19/9/1422 H menukilkan dari catatan harian Dr. Aiman Al Zawahiri, tangan kanan Usamah bin Ladin. Diantara catatan harian Dr Aiman Al Zawahiri yang dinukil oleh harian tersebut ialah:
(أن سيّد قطب هو الذي وضع دستور التكفيرين الجهاديين) في كتابه الديناميت معالم على الطريق، وأن فكر سيّد هو (وحده) مصدر الأحياء الأصولي، وأن كتابه العدالة الاجتماعية في الإسلام يعد أهمّ إنتاج عقلي وفكري للتيارات الأصولية، وأن فكر سيّد كان شرارة البدء في إشعال الثورة (التي وصفها بالإسلامية) ضد (من سماهم) أعداء الإسلام في الداخل والخارج، والتي ما زالت فصولها الدامية تتجدد يوماً بعد يوم).
"Sesungguhnya Sayyid Quthublah dalam kitabnya yang bak bom waktu "Ma'alim Fi At Thariq' meletakkan undang-undang pengkafiran dan jihad. Gagasan-gasan Sayyid Qutublah yang selama ini menjadi sumber bangkitnya pemikiran radikal. Sebagaima kitab beliau yang berjudul " Al 'Adalah Al Ijtima'iyah" merupakan hasil paling penting dari berbagai pola pikir dan idiologi radikal. Gagasan-gasan Sayyid Qutub merupakan percikan api pertama bagi berkobarnya perlawanan yang ia sebut sebagai perlawaban islam melawan musuh-musuhnya, baik di dalam atau di luar negri. Suatu perlawanan berdarah yang dari hari ke hari terus berkembang."
Pengakuan Dr Aiman Al Zawahiri ini selaras dengan pernyataan Menteri Dalam Negri Saudi Arabia, Pangeran Nayif bin Abdul Aziz Al Saud.
Pangeran Nayif menyatakan kepada Hariah "As Siayasah Al Kuwaitiyah" pada tanggal 27 November 2002 M: "Tanpa ada keraguan sedikitpun, akau katakan bahwa sesungguhnya seluruh permasalahan dan gejolak yang terjadi di negri kita bermula dari organisasi Ikhwanul Muslimin. Sungguh kami telah banyak bersabar menghadapi mereka, dan walaupun sebenarnya bukan hanya kami yang telah banyak bersabar. Sesungguhnya mereka itulah penyebab berbagai masalah yang terjadi di dunia arab secara khusus dan bahkan meluas hingga keseluruh dunia Islam. Organisasi Ikhwanul Muslimin sungguh telah menghancurkan seluruh negri arab."
Lebih lanjut Pangeran Nayif menambahkan: "Karena saya adalah pemangku jabatan terkait, maka saya rasa perlu untuk menegaskan bahwa: Ketika para pemuka Ikhwanul Muslimin merasa terjepit dan ditindas di negri asalnya (Mesir-pen), mereka mencari perlindungan dengan berhijrah ke Saudi, dan sayapun menerima mereka. Dengan demikian, -berkat karunia Allah- mereka dapat mempertahankan hidup, kehormatan dan keluarga mereka. Sedangkan saudara-saudara kita para pemimpin negara sahabat dapat memaklumi sikap kami ini. Para pemimpin negara sahabat menduga bahwa para anggota Ikhwanul Muslimin tidak akan melanjutkan gerakannya dari Saudi Arabia. Setelah mereka tinggal di tengah-tengah kita selama beberapa tahun, akhirnya mereka butuh mata pencaharian. Dan kamipun membukakan lapangan pekerjaan untuk mereka. Dari mereka ada yang diterima sebagai tenaga pengajar, bahkan menjadi dekan sebagian fakultas. Kami berikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi tenaga pengajar di sekolah dan perguruan tinggi kami. Akan tetapi sangat disayangkan, mereka tidak melupakan hubungan mereka di masa lalu. Mulailah mereka memobilisasi masyarakat, membangun gerakan dan memusuhi Kerajaan Saudi."
Dan kepada hariah Kuwait "Arab Times" pada hari Rabu, 18 Desember 2002 M, kembali pangeran Nayif berkata: "Sesungguhnya mereka (Ikhwanul Muslimin) mempolitisasi agama Islam guna mencapai kepentingan pribadi mereka."
Sekedar membuktikan akan kebenaran dari pengakuan Dr Aiman Al Zawahiri di atas, berikut saya nukilkan beberapa ucapan dua ucapan Sayyid:
Nukilan 1 :
نحن ندعو إلى استئناف حياة إسلامية في مجتمع إسلامي تحكمه العقيدة الإسلامية والتصور الإسلامي كما تحكمه الشريعة الإسلامية والنظام الإسلامي. ونحن نعلم أن الحياة الإسلامية على هذا النحو قد توقفت منذ فترة طويلة في جميع لأنحاء الأرض، وإن وجود الإسلام ذاته من ثم قد توقف كذلك.
"Saya menyeru agar kita memulai kembali kehidupan yang islami di satu tatanan masyarakat yang islami. Satu masyarakat yang tunduk kepada akidah islam, dan tashawur (pola pikir) yang islami pula. Sebagaimana masyarakat itu patuh kepada syari'at dan undang-undang yang Islami. Saya menyadari sepenuhnya bahwa kehidupan semacam ini telah tiada sejak jauh-jauh hari di seluruh belahan bumi. Bahkan agama islam sendiri juga telah tiada sejak jauh-jauh hari pula." (Al 'Adalah Al Ijtima'iyah 182).
Nukilan 2 :
وحين نستعرض وجه الأرض كله اليوم على ضوء هذا التقرير الإلهي لمفهوم الدين والإسلام، لا نرى لهذا الدين وجودا.
"Dan bila sekarang kita mengamati seluruh belahan bumi berdasarkan penjelasan ilahi tentang pemahaman agama dan Islam ini, niscaya kita tidak temukan eksistensi dari agama ini." (Al 'Adalah Al Ijtima'iyah 183).
Saudaraku! sebagai seorang muslim yang beriman, apa perasaan dan reaksi anda setelah membaca ucapan ini?
Demikianlah, idiologi ekstrim yang diajarkan oleh Sayyid Quthub melalui bukunya yang oleh Dr Aiman Al Zawahiri disebut sebagai "Dinamit". Pengkafiran seluruh lapisan masyarakat yang tidak bergabung ke dalam barisannya.
Mungkin karena belum merasa cukup dengan mengkafirkan masyarakat secara umum, Sayyid Quthub dalam bukunya "Fi Zhilalil Qur'an" ketika menafsirkan surat Yunus ayat 87, ia menyebut masjid-masjid yang ada di masyarakat sebagai "tempat peribadahan Jahiliyah":
اعتزال معابد الجاهلية واتخاذ بيوت العصبة المسلمة مساجد. تحس فيها بالانعزال عن المجتمع الجاهلي؛ وتزاول فيها عبادتها لربها على نهج صحيح؛ وتزاول بالعبادة ذاتها نوعاً من التنظيم في جو العبادة الطهور .
"Bila umat Islam ditindas di suatu negri, maka hendaknya mereka meniggalkan tempat-tempat peribadahan jahiliyah. Dan menjadikan rumah-rumah anggota kelompok yang tetap berpegang teguh dengan keislamannya sebagai masjid. Di dalamnya mereka dapat menjauhkan diri dari masyarakat jahiliyah. Padanya mereka juga menjalankan peribadahan kepada Tuhan dengan cara-cara yang benar. Di waktu yang sama, dengan mengamalkan ibadah tersebut, mereka berlatih menjalankan semacam tanzhim dalam nuansa ibadah yang suci."
Anda bisa bayangkan! Para pemuda, yang biasanya memiliki idealisme tinggi dan semangat besar, lalu mendapatkan doktrin semacam ini, kira-kira apa yang akan ia lakukan? Benar-benar Sayyid Qutub menanamkan idiologi teror pada akal pikiran para pengikutnya.
Dan sudah barang tentu, ia tidak berhenti pada penanaman idiologi semata, iapun melanjutkan doktrin terornya dalam wujud yang lebih nyata. Simaklah, bagaimana ia mencontohkan aplikasi nyata dari idiologi yang ia ajarkan:
لهذه الأسباب مجتمعة فكرنا في خطة ووسيلة ترد الاعتداء .. والذي قلته لهم ليفكروا في الخطة والوسيلة باعتبار أنهم هم الذين سيقومون بها بما في أيديهم من إمكانيات لا أملك أنا معرفتها بالضبط ولا تحديدها........ .. وهذه الأعمال هي الرد فور وقوع اعتقالات لأعضاء التنظيم بإزالة رؤوس في مقدمتها رئيس الجمهورية ورئيس الوزارة ومدير مكتب المشير ومدير المخابرات ومدير البوليس الحربي، ثم نسف لبعض المنشآت التي تشل حركة مواصلات القاهرة لضمان عدم تتبع بقية الإخوان فيها وفي خارجها كمحطة الكهرباء والكباري،
"Menimbang berbagai faktor ini secara komprehensif, saya memikirkan suatu rencana dan cara untuk membalas perbuatan musuh. Aku pernah katakan kepada mereka: hendaknya mereka memikirkan suatu rencana dan cara, dengan mempertimbangkan bahwa mereka pulalah yang akan menjadi eksekutornya. Tentunya cara itu disesuaikan dengan potensi yang mereka miliki. Saya tidak tahu dengan pasti cara apa yang tepat bagi mereka dan saya juga tidak bisa menentukannya ...... Tindakan kita ini sebagai balasan atas penyandraan beberapa anggota tanzim. Kita membalas dengan menyingkirkan pimpinan-pimpinan mereka, terutama presiden, perdana mentri, ketua dewan pertimbangan agung, kepala intelijen, kepala kepolisian. Balasan juga dapat dilanjutkan dengan mengebom berbagarai infrastruktur yang dapat melumpuhkan transportasi kota Kaero. Semua itu bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada anggota Ikhwanul Muslimin di dalam dan luar kota Kaero. Serangan juga dapat diarahkan ke pusat pembangkit listrik dan jembatan layang." (Limaza A'adamuuni oleh Sayyid Qutub hal: 55)
Pemaparan singkat ini menyingkap dengan jelas akar dan sumber pemikiran ekstrim yang melekat pada jiwa sebagian umat Islam di zaman ini.
Hanya saja, perlu diketahui bahwa menurut beberapa pengamat gerakan ikhwanul muslimin, menyatakan bahwa dalam upaya merealisasikan impian besarnya, mereka terpecah ke dalam tiga aliran:
1. Aliran Hasan Al Banna.
Dalam mengembangkan jaringannya, Hasan Al Banna lebih mementingkan terbentuknya suatu jaringan sebesar-besarnya, tanpa perduli dengan perbedaan yang ada di antara mereka. Kelompok ini senantiasa mendengungkan slogan:
نجتمع على ما اتفقنا عليه ويعذر بعضنا بعضا فيما اختلفنا فيه
"kita bersatu dalam hal yang sama, dan saling toleransi dalam setiap perbedaan antara kita.
Tidak mengherankan bila para penganut ini siap untuk bekerja sama dengan siapa saja, bahkan dengan non muslim sekalipun, demi mewujudkan tujuannya. Prinsip-prinsip agama bagi mereka sering kali hanya sebatas pelaris dan pelicin agar gerakannya di terima oleh masyarakat luas. Tidak heran bila corak politis nampak kental ketimbang agamis pada kelompok penganut aliran ini. Karenanya, dalam perkumpulan dan pengajian mereka, permasalahan politik, strategi pergerakan dan tanzim sering menjadi tema utama pembahasannya.
2. Aliran Sayyid Qutub.
Bersama bergabungnya Sayyid Qutub ke dalam barisan Ikhwanul Muslimin, terbentuklah aliran baru yang ekstrim pada tubuh ikhwanul muslimin. Permikiran dan corak pergerakannya yang lebih mendahulukan konfrontasi, ia menjadikan pergerakan ikhwanul muslimin terbelah menjadi dua aliran. Melalui berbagai tulisannya Sayid Qutub menumpahkan idiologi ekstrimnya. Tanpa segan-segan ia mengkafirkan seluruh pemerintahan umat Islam yang ada, dan bahkan seluruh lapisan masyarakat yang tidak sejalan dengannya. Karenanya ia menjuluki masjid-masjid umat Islam di selruh penjuru dunia sebagai "tempat peribadatan jahiliyyah".
Dan selanjutnya, tatkala pergerakannya mendapatkan reaksi keras dari penguasa Mesir di bawah pimpinan Jamal Abdun Nasir, iapun menyeru pengikutnya untuk mengadakan perlawanan dan pembalasan, sebagaimana diutarakan di atas.
3. Aliran Muhammad Surur Zaenal Abidin.
Setelah pergerakan Ikhwanul Muslimin mengalami banyak tekanan di negri mereka, yaitu Mesir, Suria, dan beberapa negeri arab lainnya, maka merekapun berusaha menyelamatkan diri. Negara yang paling kondusif kala itu untuk menyelamatkan diri dan menyambung hidup ialah Kerajaan Saudi Arabia. Yang demikian itu dikarenakan kala itu penguasa Kerajaan Saudi begitu menunjukkan solidaritas kepada mereka yang ditindas di negri mereka sendiri. Sebagaimana Kerajaan Saudi kala itu yang sedang kebanjiran pendapatan dari minyak buminya, membuka berbagai lembaga pendidikan dan dalam berbagai jenjang pula, sehingga mereka kekurangan tenaga pengajar. Kloplah, keduanya saling membutuhkan, karenanya mereka diterima dengan dua tangan terbuka oleh otoritas pemerintah Saudi Arabia. Dan selanjutnya merekapun dipekerjakan sebagai tenaga pengajar di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di sana.
Di sisi lain, pemerintah Mesir, Suria dan lainnya merasa terbebaskan dari banyak pekerjaannya. Karenanya, kala itu merekapun tidak berkeberatan dengan sikap Pemerintah Saudi Arabia yang memberikan tempat kepada para pelarian Ikhwanul Muslimin, sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Pangeran Nayif bin Abdul Aziz di atas.
Selama tinggal di Kerajaan Saudi Arabia inilah, beberapa tokoh gerakan Ikhwanul Muslimin berusaha untuk beradaptasi dengan paham yang diajarkan di sana. Sebagaiaman di ketahui, ulama'-ulama' Saudi Arabia adalah para penerus dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang anti-pati dengan segala bentuk kesyirikan dan bid'ah. Karenanya, selama mengembangkan pergerakannya tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin turut menyuarakan hal yang sama. Hanya dengan cara inilah mereka bisa mendapatkan tempat di masyarakat setempat. Inilah faktor pembeda antara aliran ketiga dari aliran kedua, yaitu adanya sedikit perhatian tentang tauhid dan sunnah. Walaupun pada tataran aplikasinya, masalah tauhid acap kali dikesampingkan dengan cara membuat istilah baru yang mereka sebut dengan tauhid hakimiyyah.
Istilah ini sebenarnya bukanlah baru, istilah ini tak lebih dari kamuflase para pengikut Sayyid Qutub untuk mengelabuhi pemuda-pemuda Saudi Arabia semata. Istilah ini mereka ambil dari doktrin Sayyid Qutub yang ia tuliskan dalam beberapa tulisanya. Berikut salah satu ucapannya yang menginspirasi mereka membuat istilah tauhid hakimiyyah ini:
تقوم نظرية الحكم في الإسلام على أساس شهادة أن لا إله إلا الله، ومتى تقرر أن الألوهية لله وحده بهذه الشهادة، تقرر بها أن الحاكمية في حياة البشر لله وحده. والله سبحانه يتولى الحاكمية في حياة البشر عن طريق أمرهم بمشيئته وقدره من جانب، وعن طريق تنظيم أوضاعهم وحياتهم وحقوقهم وواجباتهم وعلاقاتهم وارتباطاتهم بشريعته ومنهجه من جانب آخر.... وبناء على هذه القاعدة لا يمكن أن يقوم البشر بوضع أنظمة الحكم وشرائعه وقوانينه من عند أنفسهم؛ لأن هذا معناه رفض ألوهية الله وادعاء خصائص الألوهية في الوقت ذاته، وهو الكفر الصراح
"Nazariyat (teori) hukum dalam agama islam dibangun di atas persaksian bahwa "tiada tuhan yang behak diibadahi selain Allah". Dan bila dengan persaksian ini telah tetap bahwa peribadatan hanya layak ditujukan kepada Allah semata, maka dengannya pula tetap bahwa "perundang-undangan" dalam kehidupan umat manusia adalah hak Allah semata. Dari satu sisi, hanya Allah Yang Maha Suci, yang mengatur kehidupan umat manusia dengan kehendak dan takdir-Nya. Dan dari sisi lain, Allah jualah yang berhak mengatur keadaan, kehidupan, hak, kewajiban, hubungan, keterkaitan mereka melalui syari'at dan metode-Nya...... Berdasarkan kaedah ini, manusia tidak dibenarkan untuk membuat undang-undang, syari'at, dan peraturan pemerintahan seenak sendiri. Karena perbuatan ini artinya menolak sifat uluhiyyah Allah, dan mendakwakan bahwa pada dirinya terdapat sifat-sifat uluhiyah. Dan sudah barang tentu ini adalah nyata-nyata perbuatan kafir." (Al 'Adalah Al Ijtima'iyah 80).
Ketika ia menafsirkan ayat 19 surat Al An'am, Sayyid Qutub lebih ekstrim berkata : "Sungguh sejarah telah terulang, sebagaimana yang terjadi pada saat pertama kali agama Islam menyeru umat manusia kepada "laa ilaaha illallahu". Sungguh saat ini umat manusia telah kembali menyembah sesama manusia, ditindas oleh para pemuka agama, dan berpaling dari "laa ilaaha illallahu". Walaupun sebagian dari mereka masih tetap mengulang-ulang ucapan "laa ilaaha illallahu", akan tetapi tanpa memahami kandungannya. Ketika mereka mengulang-ulang syahadat itu, mereka tidak memaksudkan kandungannya. Mereka tidak menentang penyematan sebagian manusia sifat "al hakimiyah" pada dirinya. Padahal "al hakimiyah" adalah sinonim dengan "al uluhiyah ".
Anda bisa bayangkan, bila para muazzin di mata Sayyid Qutub demikian adanya, maka halnya dengan selain mereka? Bila demikian cara Sayyid Qutub memandang para muazzin yang menjadi benteng terakhir bagi eksistensi agama Islam di masyarakat, maka kira-kira bagaimana pandangannya terhadap diri anda yang bukan muazzin?
Kedudukan al hakimiyyah; kewenangan untuk meletakkan syari'at dalam Islam, sebenarnya tidaklah seperti yang digambarkan oleh Sayyid Qutub sampai menyamai kedudukan uluhiyyah . Al Hakimiyah hanyalah bagian dari rububiyyah Allah. Karenanya setelah mengisahkan tentang penciptaan langit, bumi, serta pergantian siang dan malam, Allah Ta'ala berfirman:
أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {54} ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
"Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam. Berdoalah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." Al A'araf 54-55
Pada ayat 54, Allah menegaskan bahwa mencipta dan memerintah yang merupakan kesatuan dari rububiyah adalah hak Allah. Dan pada ayat selanjutnya Allah memerintahkan agar kita mengesakan-Nya dengan peribadatan, yang diwujudkan dengan berdoa dengan rendah diri dan suara yang halus. Dengan demikian, tidak tepat bila al hakimiyah disejajarkan dengan uluhiyah. Apalagi sampai dikesankan bahwa al hakimiyah di zaman sekarang lebih penting dibanding al uluhiyah.
Ucapan Sayyid Qutub semacam inilah yang mendasari para pengikutnya untuk lebih banyak mengurusi kekuasaan dan para penguasa dibanding urusan dakwah, tauhid dan memerangi kesyirikan yang banyak terjadi di masyarakat.
Karenanya, diantara upaya Kerajaan Saudi Arabia dalam menanggulangi idiologi sesat ini, ialah dengan berupaya mambersihkan pemikiran masyarakatnya dari doktrin-doktrin Sayyid Qutub yang terlanjur meracuni pemikiran sebagian mereka. Diantara terobosan yang menurut saya cukup bagus dan layak di tiru ialah :
1. Menarik kitab-kitab yang mengajarkan idiologi ekstrim dari perpustakaan sekolah. Diantara kitab-kitab yang di tarik ialah kitab: Sayyid Quthub Al Muftara 'alaih & kitab Al Jihad Fi Sabiulillah
2. Membentuk badan rehabitilasi yang beranggotakan para ulama', guna meluruskan pemahaman dan menetralisasi doktrin ekstrim yang terlanjur meracuni akal para pemuda. Terobosan kedua ini terbukti sangat efektif, dan berhasil menyadarkan ratusan pemuda yang telah teracuni oleh pemikiran ekstrim, sehingga mereka kembali menjadi anggota masyarakat yang sewajarnya.
Mengakhiri pemaparan ringkas ini, ada baiknya bila saya mengetengahkan pernyataan Pangeran Sa'ud Al Faisal, Menteri Luar Negri Kerajaan Saudi Arabia, pada pertemuan U.S.-Saudi Arabian Business Council (USSABC) yang berlangsung di kota New Yourk, pada tanggal 26 April 2004. Pangeran Sa'ud berkata: "Menanggapi tuduhan-tuduhan ini, sudah sepantasnya bila anda mencermati fenomena jaringan al kaedah bersama pemimpinnya Bin Ladin. Walaupun ia terlahir di Saudi Arabia, hanya saja ia mendapatkan idologi dan pola pikirnya di Afganistan. Semuanya berkat pengaruh dari kelompok sempalan dari gerakan "Ikhwanul Muslimin". Saya yakin, hadirin semua telah mengenal gerakan ini. Fakta ini membuktikan bahwa Saudi Arabia dan seluruh masjid-masjidnya terbebas dari tuduhan sebagai sarang idiologi tersebut.
Dan kalaupun ada pihak yang tetap beranggapan bahwa Saudi Arabia bertanggung jawab atas kesalahan yang telah terjadi, maka sudah sepantasnya Amerika Serikat juga turut bertanggung jawab atas kesalahan yang sama. Dahulu kita bersama-sama mendukung perjuangan mujahidin dalam membebaskan Afganistan dari penjajahan Uni Soviet. Dan setelah Afganistan merdeka, kita membiarkan beberapa figur tetap bebas berkeliaran, sehingga mereka dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak jelas. Kita semua masih mengingat, bagaimana para mujahidin disambut dengan penuh hormat di Gedung Putih. Bahkan tokoh fiktif Rambo dikisahkan turut serta berjuang bersama-sama dengan para mujahidin.") Sumber situs resmi Kementerian Luar Negri Kerajaan Saudi Arabia: http://www.mofa.gov.sa/Detail.asp?InNewsItemID=39825)
Semoga pemaparan singkat ini dapat sedikit membuka sudut pandang baru bagi kita dalam menyikapi berbagai idiologi, sikap dan pergerakan ekstrim yang berkembang di tengah masyarakat kita. Sholawat dan salam smeoga senantiasa dilimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.